Silungkang


Jakarta – Sawahlunto Kreatif kali ini menggelar Pameran Songket Silungkang sebagai Warisan Budaya Kota Tua Sawahlunto yang diselenggarakan di Museum Tekstil Jakarta Jl. K.S Tubun No. 2-4 Jakarta Pusat. Dalam pembukaan pameran, Rabu (17/4) hadir Walikota Sawahlunto, Ketua DPRD Sawahlunto, Ibu Vita Gamawan Fauzi, Ibu Oke Rajasa, serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Ibu Dr. Vinia Budiarti, mewakili Gubernur DKI Jokowi yang berhalangan hadir.

Dalam sambutannya, Walikota Sawahlunto Amran Nur mengingatkan bagaimana di Sawahlunto pada tahun 1997 – 2008 hanya terdapat 377 orang pengrajin kain tenun songket Silungkang. Sampai tahun 2012, pengrajin bukannya berkurang namun bertambah menjadi 678 orang. Ini menandakan bagaimana kecintaan kepada kain songket Silungkang bisa membangkitkan generasi penerusnya. Harus diakui bahwa saat ini pendapatan dari penjualan kain songket Silungkang bisa mencapai 54 ribu helai per tahun, yang artinya kain tenun songket Silungkang ini bisa menjadi penopang perekonomian masyarakat.

Sementara itu Dr. Vinia Budiarti menyambut baik atas terselenggaranya pameran ini, mengingat Jakarta sebagai ibukota negara wajib untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia dari daerah mana pun. Karena itu dengan diadakannya pameran songket Silungkang sebagai warisan budaya kota tua Sawahlunto, bisa menjadi acuan untuk daerah lainnya yang ingin mempromosikan warisan budaya daerahnya hingga ke manca negara.

20130419_Songket_Silungkang_Sawahlunto_4

Sebelum membuka secara simbolis Pameran Songket Silungkang sebagai Warisan Budaya Kota Tua Sawahlunto, Ibu Oke Rajasa mengingatkan bahwa tahun 2013 sebagai tahun pusaka, merupakan momen yang tepat untuk kita membangkitkan kembali warisan-warisan budaya yang selama ini mungkin belum dikenal secara luas. Dengan diadakannya pameran seperti ini, masyarakat akan kembali mengenal dan mungkin bisa berkreasi lebih bagus lagi untuk dimodifikasi dengan desain modern. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para pengrajin kain songket, supaya produk yang dihasilkan tidak hanya berupa kain, namun bisa dijadikan alternatif lainnya, dengan kombinasi bahan dan benang yang bisa dimodifikasi.

Pameran yang akan berlangsung sampai tanggal 26 April akan diisi bincang wastra dengan tema Pameran Tenun Silungkang pada hari Minggu 21 April pukul 14.00 – 15.00 WIB, yang menghadirkan narasumber Walikota Sawahlunto Amran Nur, Ibu Judy Achadi, dan Dra. Wati Sudariyati, M.Pd. Pada pameran ini juga ditampilkan seorang penenun songket Silungkang yang mendemonstrasikan bagi para pengunjung bagaimana cara membuat kain songket Silungkang.

Foto: Ifan F. Harijanto | Editor: Intan Larasati
Read more at http://indonesiakreatif.net/news/liputan-event/songket-silungkang-warisan-budaya-kota-tua-sawahlunto/#yWy8H65myHlTqRYQ.99

Ditempa oleh kondisi alam Silungkang yang sempit, kejam dan berbukit- bukti batu, serta sulit untuk bercocok tanam membuat orang Silungkang harus berpikir keras untuk mengatasi keadaan kehidupannya, dari keadaan itu terlahirlah orang Silungkang yang tangguh, ulet, berani menghadapi segala tantangan demi untuk kelangsungan kehidupannya. Berawal dari situ mulai orang Silungkang mencoba berwarung-warung minuman dan makanan dilingkungannya, dari berdagang minuman dan makanan setapak demi setapak mereka maju, dan mulailah berdagang barang-barang lain dari satu desa ke desa lainnya dari satu nagari ke nagari lainnya dari satu daerah ke daerat lainnya, ternyata berdagang cocok untuk orang Silungkang sehingga sekitar abad ke-12 dan ke-13 orang Silungkang sudah mulai berdagang mengarungi samudera dan sudah sampai ke semenanjung Malaka bahkan sampai di Patani di Siam (Thailand) sekarang. Di negeri Siam inilah perantau Silungkang dapat belajar bertenun dan setelah mereka pandai dan mengerti cara bertenun sewaktu mereka kembali ke Silungkang, ilmu bertenun ini mereka ajarkan kepada kaum ibu di Silungkang dan semenjak itu mulailah beberapa orang wanita Silungkang bertenun songket, pada awalnya bertenun hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya saja, kemudian mulai menerima pesanan dari tetangga setelah itu baru mulai menerima pesanan dari pembesar nagari seperti dari pembesar kerajaan dan penghulu- penghulu nagari.

(lebih…)

  1. SAKO

Sako artinya warisan yang tidak bersifat benda seperti gelar pusako. sako juga berarti asal, atau tua, seperti dalam kalimat berikut.

Sawah banyak padi dek urang

Lai karambia sako pulo

(lebih…)

UNDANG-UNDANG NAN DUA PULUH DAN

HUKUM ADAT DI SILUNGKANG

 Undang-undang yang dua puluh merupakan undang-undang yang mengatur persoalan hukum pidana, mengenai berbagai bentuk kejahatan dengan sanksi tertentu, dan bukti terjadinya kejahatan serta cara pembuktiannya.

Undang-undang dua puluh ini secara pokoknya disusun oleh kedua ahli hukum Minangkabau yaitu Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpati Nan Sabatang.

(lebih…)

Hadirilah …….
Semua warga negara Indonesia dan Mancanegara

PAMERAN dan FASHION SHOW SONGKET SILUNGKANG di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini Jakarta Pusat

30 – 31 Oktober 2012Los Lambung (Stand Makanan) diisi ALE-ALE ANGEK (panas), COKI, LUPI (lupis), SOP DAN SOTO WARGA SILUNGKANG JAKARTA, dll.Undangan yang akan hadir Duta Besar Negara Sahabat, Menteri, Pejabat Negara, Bisnismen, Investor dan lain-lain.Setiap hari dihadiri kurang lebih 1500 orang (Insya Allah)

Musik : Talempong, Randai, Gamad, Badiki dan KIM

KIM mulai jam 20.00 WIB

Pameran dibuka jam 14.00 WIB

Makan Bajamba diutamakan masyarakat LUAR KOTA SAWAHLUNTO sebanyak 50 Jambai = 250 orang. Pada tanggal 31 Oktober 2012. Jam 18.30 WIB

AGENDA ACARA

Selasa, 30 Oktober 2012

10.00 – Selesai

  • Pameran Ekonomi Kreatif & Parawisata Sawahlunto
  • Demo Pembuatan Songket Silungkang
  • Pameran Foto
  • Los Lambuang
  • Pameran Songket Silungkang

18.00 – Selesai

  • Kesenian rakyat
  • Talempong
  • Randai
  • Saluang
  • Rabab
  • Kim

Rabu, 31 Oktober 2012

10.00 – Selesai

  • Pameran Ekonomi Kreatif & Parawisata Sawahlunto
  • Demo Pembuatan Songket Silungkang
  • Pameran Foto
  • Los Lambuang
  • Pameran Songket Silungkang

19.00 – Selesai

  • Makan Bajamba

20.00 – Selesai

  • Malam puncak Sawahlunto Kreatif
    • Sambutan Walikota Sawahlunto
    • Launching Buku Sahabat Sawahlunto dan Ragam Hias Songket Silungkang
    • Sambutan Gubernur Sumatera Barat
    • Orasi menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif tentang “Ekonomi Kreatif” Sekaligus membuka acara.
    • Pertunjukan Sendra tari karya Hartati dengan tema “ Restorasi Songket Silungkang”
    • Fashion Show oleh Ria Miranda dengan tema “Minang Heritage”

Agenda acara diatas dikutip dari Undangan yang telah dan akan diedarkan. Sekapur sirih atau sambutan Walikota Sawahlunto dalam undangan tersebut semuanya mengangkat songket Silungkang. Berikut sedikit cuplikannya:

Aktifitas tenun Silungkang yang bernilai ekonomi itu tidak diragukan lagi eksistensinya. Perjalanan tenun Silungkang dengan berbagai produk songket telah mengalami berbagai dinamika dan pasang surut. Tenun songket Silungkang dimasa silam telah menorehkan prestasi hingga ke pentas dunia. Sejarah mencatat dimasa pemerintahan Hindia Belada, pengrajin tenun Silungkang telah ikut serta dalam Pekan Raya Ekonomi Eropa, tepatnya di Brussel Ibukota Belgia ditahun 1920.

FYI: Warga perantau asal Sawahlunto diharapkan meramaikan acara hari pertama dan hari kedua dengan datang berbondong-bondong ke TIM. Acara makan bajamba dan malam puncak di dalam gedung diutamakan untuk undangan karena sifatnya untuk promosi parawisata sawahlunto dan songket Silungkang

Batuka tando ini didahulunya dilazimkan di atas balai-balai adat. Sesudah itu ditukar dengan di Lapau (Lapau Limin, Lapau Parin, Lapau Tungkin dan lain-lainnya). Akhir-akhir ini telah dibiasakan pula di Surau atau di Mesjid.

Sewaktu batuka tando di balai-balai adat, yang membawa minuman adalah dari pihak perempuan. Setelah pindah ke lapau, yang membayar minuman adalah pihak lelaki.

Sekarang setelah pindah ke surau atau masjid, yang membawa makanan dan minuman adalah kedua belah pihak.

Yang menghadiri batuka tando ini biasanya adalah : Mamak kedua pihak, Pandito kedua belah pihak, Datuak Kampuang kedua pihak. Sekarang telah dihadiri pula oleh induak-induak sebagai pendengar dan yang membawa makanan.

Setelah selesai minum, dihimbaukanlah oleh Datuak kampuang pihak nan laki-laki kepada Datuk Kampuang pihak perempuan :

“Dek kito lah sudah minum, kok kito ansu-ansu paretongan ka baapo kok”.

“Nan sarancaknyo bona”, jawab Datuak Kampuang pihak perempuan.

Kato Datuak Kampuang pihak lelaki : “Ma lah batomu mamak samo mamak, diatehnyo kini lah batomu pulo kito Datuak Kampuang samo Datuak Kampuang. Baapo to kini, kami dipihak nan laki-laki nak mamakaikan adat jo pusoko, artinyo kok batali nak baelo, kok batampuak nak bajinjieng. Sakian sampainyo dek ambo ka Datuak”

Dek Datuak Kampuang pihak yang perempuan, kato-kato Datuak Kampuang pihak laki-laki tadi diulang kembali, dan seterusnya berkata : “Kok iyo Datuak nan mamaikan adat jo pusako, iyolah dek kami nak maliek pulo nan putieh hati bakaadaan, putieh kapeh bulieh diliek”.

Oleh Datuak Kampuang nan laki-laki, diserahkanlah sebentuk cincin. Cincin ini adolah cincin tando yang telah spesial untuk itu.

Cincin ini diikat dengan sedikit tali yang maksudnya “Batali bulieh di elo”.

Oleh Datuak Kampuang pihak yang perempuan, cincin itu dipersaksikan kepada yang hadir.

Waktu batuka tando ini, ditentukan sekali bila nikah, bila balopeh dan bila olek kawin, dan lain-lainnya.

Selesailah upacara batuka tando ini.

Perkawinan yang ideal :

  1. Mengawini anak mamak
  2. Mngawini kemenakan Bapak
  3. Batuka imbek

Perkawinan yang dilarang :
Apa-apa yang dilarang oleh Hukum Islam

Perkawinan pantang :

  1. Kawin keluar baik lelaki maupun perempuan (sudah tidak berlaku lagi)
  2. Yang ada pertalian darah menurut garis ibu
  3. Kawin sekaum atau sekampung
  4. Mengawini orang yang telah diceraikan kaum kerabat, sahabat dan tetangga dekat
  5. Mempermadukan perempuan yang sekerabata atu sekampung
  6. Mengawini orang yang tengah bertunangan
  7. Mengawini anak tiri saudara kandung

Waktu perkawinan yang ideal :

  1. Dekat akan masuk bulan puasa
  2. Dekat bulan haji

Hari perkawinan yang ideal :

  1. Nikah hari Senin
  2. Balope hari Rabu
  3. Barolek kawin hari Jum’at

Ketiga-tiganya dalam minggu itu juga dan diwaktu bulan baik

Perceraian yang dilarang : Apa-apa yang dilarang oleh agama Islam

Perceraian pantang : menceraikan istri di rantau orang.

Penjelasan :
Kalau ada yang melanggar pantang ini akan dikenakan hukum. Sanksi hukum ditimpakan kepada pelanggar tergantung kepada keputusan yang ditetapkan oleh musyawarah kaumnya.

Tingkatannya antara lain : “Membubarkan perkawinan itu, hukum buang dengan diusir dari kampung, dari negeri atau dikucilkan dari pergaulan.

Juga dapat dilakukan dengan hukum denda dengan cara meminta maaf kepada semua pihak pada suatu perjamuan di balai-balai adat.

Link terkait :
Sumando Yang Diidamkan (Part. 3)
Yang Ideal (Part. 2)

Sumber : Makalah pada Seminar Adat Silungkang Asli

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Membaca tabloid Koba Silungkang edisi April 2003 dalam tulisan “Seputar Kota Kita” mengkritisi sikap PKS Jakarta soal “Balon” Wako dan Wawako saat itu, Who Wants To Be The Mayor Part 2.

Kami teringat pengalaman Alm. Sdr. Syafar Habib yang diceritakannya pada kami 3 bulan sebelum dia meninggal dunia. Sebelum dia menceritakan pengalamannya itu, dia minta kepada kami agar kami berfikir secara filosofis, sebagai berikut :

Dalam pertemuan ‘acara Minang’ dia duduk; di sebelah kanannya Bapak Emil Salim dan di sebelah kirinya Bapak Menteri Abdul Latif. Bapak Emil Salim berkata kepada Sdr. Syafar Habib : Engku Syafar, saya bangga dengan perantau Silungkang, di mana-mana orang Silungkang jarang yang menjadi pegawai negeri, kebanyakan menjadi pedagang. Tetapi setelah saya menjadi menteri saya perhatikan tidak ada orang Silungkang menjadi pengusaha menengah ke atas.

Mendengar ucapan kedua tokoh Minang itu Sdr. Syafar Habib hanya terdiam, tetapi dalam hatinya berkata : apakah baju putih yang sedang saya pakai ini sama warna putihnya dengan pakaian dalam ?

Mendengar pengalaman Sdr. Syafar Habib ini kami juga merenung dan terpikir bagaimanakah orang Silungkang di abad 21 ini.

Menjelang Sdr. Zuhairi Muhammad Panai Empat Rumah meninggal dunia, kami sekali dalam tiga bulan sengaja datang ke rumahnya di Komplek Perindustrian di Jalan Perdatam Pancoran, rasanya kalau kita berbicara dengannya seperti kita berbicara dengan mamaknya Alm. Pakiah Akuk. Dia mengatakan pendapatnya kepada kami, bahwa orang Silungkang bukan orang aktif tetapi reaktif. Semula kami tidak sependapat dengannya, tetapi setelah kami renungi kami sependapat pula dengannya.

Tahun 80-an kami pernah membaca buku karangan Mr. Muhammad Rasyid berjudul ‘Sejarah Perjuangan Minangkabau’ sebelum peristiwa PRRI beliau menjadi duta besar RI di Perancis merangkap di Italia, di halaman 45 kami membaca waktu pemberontakan rakyat Silungkang tahun 1927. Penjajah Belanda sangat kejam, tentara Belanda memperkosa gadis-gadis Silungkang.

Begitu tersinggungnya kami, buku itu tidak tamat dibaca tetapi diserahkan kepada PKS di Bendungan Hilir, karena waktu itu PKS masih menumpang di kantor Koperasi Kemauan bersama di Bendungan Hilir (Bendhill). Kenapa buku itu diserahkan karena menurut Mr. Muhammad Rasyid kalau isi buku ini tidak sesuai dengan kenyataannya (buku ini jilid pertama) bisa diralat pada jilid kedua nanti.

Akhirnya buku itu dikembalikan kepada kami setelah buku tersebut berubah warna, mungkin waktu itu tidak ada reaksi dari PKS, entahlah !

Waktu kami mendapat musibah, kami mendatangi Buya Duski Samad , untuk minta nasihat, kepada beliau kami curahkan musibah yang kami terima, jawab beliau singkat: tetapi kita harus berfikir, kata beliau : jika sekarang saya mempunyai uang 100 juta rupiah, uang itu akan habis dalam seminggu, kami bertanya : kenapa begitu Buya ? jawab beliau, saya bukan pedagang. Kami renungkan jawaban beliau itu, kemudian kami menjawab sendiri; “Kerjakanlah apa yang ada ilmunya pada kita”, betul kata beliau. Kemudian beliau bertanya murid-murid beliau dulu yang berasal dari Silungkang, a.l., Yakub Sulaiman (Pakiah Akuk) dan Abdullah Usman (Guru Dullah Sw. Jawai) beliau bangga dengan murid-murid beliau itu.

Lelah bersaing menjadikan takut bersaing
Di zaman Gajah Tongga Koto Piliang Dulu, kemungkinan besar orang Silungkang pintar dan cerdas, tetapi sayang kenapa orang Silungkang mendiami lungkang sempit, hampir tidak ada tanah yang subur untuk ditanami padi, tidak seperti belahan kita di Padang Sibusuk dan Allah mentakdirkan kita orang Silungkang menjadi pedagang.

Pedagang itu sarat dengan persaingan, bisa terjadi persaingan itu antara saudara sesuku, sekampung, sepupu, bahkan antara saudara sendiri clan yang paling riskan terjadi antara Pembayan dengan Pembayan yang sama-sama mendiami rumah panjang (rumah adat).

Coba kita pikirkan Silungkang itu seperti kotak korek api dibandingkan Indonesia yang luas ini.

Menurut perkiraan kami sebelum Jepang menjajah Indonesia, 50% perempuan Silungkang yang sudah bersuami dimadu suaminya, mungkin juga lebih.
Kenapa bisa seperti itu ? Mana mungkin perempuan Silungkang bisa menikah dengan orang luar Silungkang, karena adat melarangnya, terpaksa atau tidak perempuan-perempuan Silungkang harus bersedia menjadi isteri kedua atau menikah dengan duda yang jauh lebih tua umurnya.

Madu itu obat, tetapi bagi perempuan yang di’madu’ menyakitkan hati, bersaing memperebutkan kasih sayang sang suami, anak-anak yang . ibunya dimadu, pun merasa dimadu pula dengan ibu-tiri, saudara tirinya. Persaingan itu menimbulkan kecemburuan, kecemasan, dengki, irihati clan was-was, penyakit itu bisa,, berketurunan.

Menurut Prof. Zakiah Deradjat dalam buku “Menghadapi Liku-Liku Hidup”, beliau menulis dari segi kejiwaan, perkembangan dan pertumbuhan anak, anak dalam kandungan telah menerima pengaruh-pengaruh yang berarti baginya. Suasana emosi dan tolak pikir ibu yang sedang mengandung mempunyai kesan tersendiri bagi janin dalam kandungan.

Jadi orang Silungkang mendiami lungkang yang sempit, persaingan hidup yang tidak sehat, sangat mempengaruhi cara berfikirnya. Jadi apa yang dikatakan Bapak Emil Salim di atas, sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi dalam masyarakat Silungkang, jika dilihat dari luar semuanya baik. Coba kita perhatikan semenjak dahulu organisasi apapun yang dibentuk, dan bangunan apapun yang didirikan hampir semua meninggalkan kesan-kesan yang kurang baik.

Kemudian apa yang dikatakan Bapak Menteri Abdul Latif di atas, mungkin juga akibat “Lima Penyakit Di atas”. Seterusnya pendapat Sdr. Zuhairi Muhammad (Alm), kita orang Silungkang bukan aktif tetapi reaktif, kemungkinan ini juga diakibatkan oleh orang kita (SLN) tidak bisa bersaing khususnya dengan orang di luar Silungkang, bisanya hanya bersaing dengan orang sekampung sendiri.

Yang menang membusungkan dada dan yang kalah bak perempuan tua memakan sirih, daun sirih habis, tinggal tembakaunya yang masih dikunyah-kunyah.

Orang-orang Silungkang Diabad 21
(Silungkang People Must Be Brave To Up Side Hand Down)

Mengkritisi PKS., maaf … tentu maksudnya ketua PKS, kalau kita perhatikan latar belakang ketua PKS ini, lahir di Silungkang, kecil dibawa merantau oleh orang tuanya ke Medan, SD, SMP dan SMU di Medan, kuliah di Jakarta. Bekerja dan berusaha, bukan dalam lingkungan Silungkang. Bidang usahapun berlainan dengan kebiasaan orang-orang Silungkang, bergaul selama sekolah di Medan dengan komunitas “Batak” tapi tidak kelihatan pengharuh “Batak”-nya, dia supel, demokrat dan moderat. Menurut kami PKS belum pernah mempunyai ketua yang seperti ini.

Banyaknya balon (lebih dari satu) Wako – Wawako, orang belum tentu menilai kita tidak bersatu, bukan Bapak Emil Salim saja yang menilai kita bersatu, banyak yang lain.

Kita bisa belajar dari cara pemerintahan kita di zaman Soeharto, yang memproteksi pengusha-pengusaha nasional, waktu datang krisis karena globalisasi, pengusaha-pengusaha nasional tidak bisa bersaing, oknum pemerintah korup dan pengusaha menyuap, akhirnya semuanya berantakan, jangan hendaknya Silungkang ini seperti Indonesia kita sekarang.

Jangan pula kita hanya terkesan dengan kata-kata keputusasaan Eva Peron dalam sebuah lagu “Don’t Cry For My Argentina”.

Sampai sekarang lagu itu masih dipopulerkan Madonna, kita tak pernah kenal dengan siapa Eva Peron dan Madonna itu ? Coba kita berpedoman kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana nama beliau kita sebut-sebut setidak-tidaknya 29 x sehari dalam shalat 5 waktu dan lagi beliau itu ada tertulis dalam AI-Qur’an. Mengapa beliau sampai menangis waktu akan meninggal dunia dan berkata : ummati, ummati, ummati, begitu perhatian Nabi Muhammad SAW pada umatnya. Putus asa apa hukumnya ? Haram.

Buletin Silungkang jangan hanya terbit untuk kepentingan sesaat tetapi berlanjut untuk kepentingan orang Silungkang yang dirantau dan yang di kampung dengan harga yang bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, semoga …

Sekarang ilmuan Silungkang sudah banyak di Jakarta dan di kota-kota lainnya, bahkan di mancanegara. Dalam berbagai disiplin ilmu, mintalah kepada mereka sumbangan pikiran untuk ditulis dalam buletin Silungkang. Tentu, dengan tulisan dan kata-kata yang menyejukan dan juga artikel-artikel (rubrik) yang dibutuhkan oleh pelajar, mahasiswa Silungkang dan ditulis pula pengalaman-pengalaman orang Silungkang yang bisa menjadi pelajaran bagi pembacanya.

Apalagi ada ruangan agama terutama di bidang zakat, penulisannya itu ‘bak azan bilal’ sahabat Nabi Muhammad, yang suaranya itu menghimbau orang segera sholat.

Bisa jadi buletin Silungkang itu kelak bak harian Republika yang mempunyai dompet dhuafa untuk orang Silungkang yang berkekurangan dan mengajak orang Silungkang untuk berdoa dan menangis serta berbut, beramal untuk kemaslahatan kampung kita, jauh dari berkorban karena ada sesuatu di belakangnya. Amin ya robbal ‘alamin.

Billahitaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

“Mucho Gracias Amigo – Arigato Gozaimatsu Tomodachi”

Esemmes

Tembusan dikirim kepada Yth.
1. Tabloid KOBA
2. Koordinator LAZ / PKS
3. PT. Estetika (Percetakan)
4. Sdr. Fadil Abidin (Pengajian PKS)

Kepada Yth.
Seluruh Warga Silungkang
Di Jakarta dan sekitarnya

Dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H, Keluarga Besar Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) Jakarta, bermaksud mengadakan acara Halal bi Halal pada :

Hari : Minggu, 26 Oktober 2008

Jam : 08.00 s/d Selesai

Tempat : Gedung PKS Jakarta, Jl. Gotong Royong Kav. 13 Larangan Indah, Ciledug Tangerang 151514

Acara : Gamad Tradisional, Bazar, Dll

Bagi warga Silungkang yang ingin berdagang (berjualan) agar segera mendaftarkan kepada Sekretariat PKS Jakarta (Sdri. Mefa) setiap hari kerja jam 09.00 – 16.00 WIB, Telepon 021 734 54503 / 732 8678, paling lambat tanggal 23 Oktober 2008.

Demikianlah pemberitahuan ini kami sampaikan, sekaligus sebagai undangan kepada seluruh warga Silungkang di Jakarta dan sekitarnya untuk dapat hadir bersama keluarga.

Panitia Halal bi Halal PKS Jakarta

Pada tanggal 7 September 2008, Suku Supanjang telah mengadakan Buka Puasa Bersama. Sebelum itu, diadakan Pengukuhan Penghulu Panukek Suku Supanjang yang dipegang oleh Irland. Foto-foto buka puasa bersama bisa dilihat di sini.

Pada tanggal  14 September 2008, seluruh dunsanak Silungkang yang berada di Jakarta buka puasa bersama. Sebagai penyelenggara adalah PKS (Persatuan Keluarga Silungkang) Jakarta. Foto-foto buka puasa bersama bisa dilihat di sini atau di sini.

Tanggal 21 September 2008, giliran suku-suku dalam lingkup PATAS.

Terima kasih atas konstribusi foto dari Pak Azhari Boerhan dan Ananda Maradona Dias.

peta pulang basamo

Sumber : Zulfikar Chaniago

pulbas

Mendukung para keponakan bermusik, ambo baritahukan jadwal panggung mereka di Jakarta Rock Parade sebagai berikut :

Tanggal 18 Juli, hari Jumat, akan tampil bersama group LAST WARNING dari Austria.

Tempat : BACK STAGE Ancol
Waktu : 20.00 WIB
Support dari teman semua merupakan modal utama kami.

salam GRIBS
Reza : Vocal
Arief : Bass
Dion : Gitar
Rashta : Dram

MySpace.com/ gribsrock
MySpace.com/ anakangin
RUMAH MUSIK INDONESIA

Sumber Jadwal berasal dari : Remmy Soetansyah

Berita di Suara Merdeka :

Muda dan Ngerock

SATU dari sedikit grup band yang patut dicatat dari Jakarta Rock Parade 2008, Jumat-Minggu (11-13/7), adalah Grib. Di empat panggung yang tersebar di Tennis Indoor dan Outdoor Senayan, Grib yang tampil di Rock Lounge setelah Monkey to Millionare, Idealego, menawarkan warna tersendiri.

Tak sebagaimana band sesudahnya seperti Bite, Acid Speed, IMI, The Adams dan Denovement, mereka menawarkan sikap bercita rasa rock. Rezanov, sang vokalis yang bercitra tak ubahnya vokalis rock era 70 atau 80-an seperti Robert Plant (Led Zeppelin), Ian Gillan (Deep Purple), atau David Coverdale (White Snake), misalnya, menyajikan tontonan tersendiri.

Gion (Gitar), Rashta (drum), dan Arief (bas) nyaris setali tiga uang. Untuk alasan kemiripan gaya dandan itulah, grup band yang bernaung di bawah manajemen Rumah Musik Indonesia tersebut menamakan diri Gribs: gondrong kribo bersaudara.

Ya, keempat personel yang punya ikatan saudara itu tak cuma jual tampilan. Musik adalah perhatian utama mereka. Lagu cadas yang diyakini tak sejalan dengan selera pasar yang lebih pop dan mudah dengar tetap mengalir dengan garang dan solid.

Pada “Ruang Besi”, “Pejuang” dan “Malam Frustasi”, harmonisasi nuansa rock cadas kental sekali. ”Mengingatkan pada corak Motley Crue,” komentar pengamat musik Remmy Soetansyah.

Sisanya, musik mereka meraung dan berlarian kencang. Tak ayal, perhatian puluhan orang yang lalu lalang pun terpantik untuk menonton aksi mereka. Ya, ya, Grib memang punya cita rasa tersendiri.

Bukan tak mungkin grup band yang dibimbing rocker dan vokalis Elpamas, Doddy Katamsi, itu bakal berbicara lebih banyak kelak. Superglad, The Upstair, dan Shaggy Dog yang tampil di Park Stage pada kemunculan perdana pun belum jadi magnet. Namun karena tekun berkarya, seperti The Changcuters, Pas Band, Suckerhead, dan Koil yang tampil di Tennis Outdoor, mereka akhirnya meraih kesuksesan.

Apalagi Gilang Ramadhan dan Donny Suhendra pun turut campur mematangkan musikalitas mereka. Grib juga mengikuti workshop di Malang bareng Eet Syahrani, Adit Element, dan musikus lain.

Karena mereka berani tampil dan menyetiai rock yang cenderung dijauhi produser kaset, bos Deteksi Production, promotor Soundrenaline, memberi kesempatan Grib tampil pada Sound-renaline 2008.

”Tampil di dua kota pada ajang seakbar Soundrenaline 2008 adalah pencapaian tersendiri,” ujar Rezy, manajer Grib. Dia akan memimpin pasukannya bermain di Malang (3/8) dan Yogya (10/8). (Benny Benke-53)

Jakarta. SS. Pada hari Minggu tanggal 16 Maret 208, Tim SS (Suara Silungkang) Jakarta yang terdiri dari Erland Erwin, Herson Dasmir dan Pak Pikar Rahim berkesempatan berkunjung ke rumah salah seorang pelaku sejarah pertempuran 10 November 1945 Surabaya yaitu Bapak H. Ali Darman Al Hajj SH yang beralamat di Jl. Bukit Duri No. 22 RT 010/01 Tebet – Jakarta Selatan.

Beliau adalah orang Padang, lahir 18 Oktober 1926, dan beliau adalah salah seorang cucu dari Kepala/Tuanku Laras Silungkang yang bernama Djaar Soeltan Pamoentjak (Dalimo Godang) dan pernah tinggal di Silungkang sebelum berangkat ke Surabaya.

Di Surabaya beliau banyak berhubungan dan berkawan dengan orang Silungkang yang tinggal di Surabaya.

Dari paparan beliau banyak sekali jasa-jasa dan kontribusi orang Silungkang terhadap perjuangan rakyat Indonesia dalam masa-masa sekitar tahun 1945 tersebut terutama pada pertempuran 10 November yang sangat terkenal itu.

Di sini Tim SS tidak bisa banyak menuliskan kisah-kisah perjuangan beliau dan hubungan-hubungan beliau dengan orang Silungkang karena dalam kunjungan Tim SS yang singkat itu tidak mungkin bagi Tim SS untuk bisa mengetahui dengan detail dan seutuhnya. Untuk itu Tim SS memohon kepada beliau untuk menuangkan kisah perjuangan beliau waktu itu terutama yang berhubungan dengan orang Silungkang. Beliau sangat gembira sekali dengan kedatangan Tim SS dan berjanji akan mencoba menuangkannya ke dalam tulisan.

Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita akan bisa membacanya. Di akhir kunjungan Tim SS beliau berpesan kalau ada acara-acara Silungkang supaya beliau diundang agar bisa bertemu dengan sesepuh-sesepuh Silungkang yang mungkin masih ada yang mengenal beliau. Beliau juga berpesan supaya setiap bulannya bisa diantarkan tabloid SS untuk berlangganan. (Tim SS Jakarta)

Sumber : Tabloid Suara Silungkang – Edisi Kesepuluh April 2008

Alkisah, lebih kurang tahun 1600 Masehi, ada sebuah kerajaan kecil yang diperintah oleh seorang Raja yang memerintah dengan adil dan bijaksana, rakyatnya hidup rukun dan damai.

Kerajaan kecil tersebut bernama Kerajaan Sitambago, sesuai dengan nama rajanya Sitambago. Daerah kekuasaannya di sebelah utara berbatas dengan nagari Kolok, di sebelah Timur berbatasan dengan Bukit Buar / Koto Tujuh, di sebelah selatan berbatas dengan nagari Pamuatan dan di sebelah barat berbatas dengan nagari Silungkang dan nagari Kubang.

Kerajaan Sitambago mempunyai pasukan tentara yang kuat dan terlatih. Pusat kerajaan Sitambago berada di sebuah lembah yang dilalui oleh sebuah sungai yang mengalir dari Lunto, pusat kerajaan Sitambago tersebut diperkirakan berada di tengah kota Sawahlunto sekarang. Sudah menjadi adat waktu itu, nagari-nagari dan kerajaan-kerajaan berambisi memperluas wilayahnya masing-masing, memperkuat pasukannya dan menyiapkan persenjataan yang cukup seperti tombak, galah, keris, parang, panah baipuh (panah beracun) dan lain-lain, senjata tersebut digunakan untuk menyerang wilayah lain atau untuk mempertahankan diri apabila diserang.

Di Silungkang / Padang Sibusuk, pasukan Gajah Tongga Koto Piliang disamping mempunyai senjata tombak, keris, galah, parang dan panah juga punya senjata yang tidak punyai oleh daerah lain, yaitu senjata api SETENGGA, senjata api standar Angkatan Perang Portugis. Orang Portugis yang ingin membeli emas murni ke Palangki harus melalui Buluah Kasok (Padang Sibusuk sekarang) dan berhadapan dengan Pasukan Gajah Tongga Koto Piliang terlebih dahulu, entah dengan cara apa, senjata api SETENGGA lengkap dengan peluruhnya berpindah tangan ke Pasukan Gajah Tongga Koto Piliang.

Guna memperluas wilayah, diadakanlah perundingan antara Pemuka Nagari Silungkang / Padang Sibusuk dengan pemuka Nagari Kubang untuk menyerang kerajaan Sitambago, maka didapatlah kesepakatan untuk menyerang kerajaan Sitambago tersebut, penyerangan dipimpin oleh Panglima Paligan Alam. Strategi penyerangan diatur dengan sistim atau pola pengepungan, dimana tentara Silungkang / Padang Sibusuk mengepung dari daerah Kubang Sirakuk dan tentara Kubang dari jurusan Batu Tajam dan dataran tinggi Lubuak Simalukuik, dengan sistim atau pola pengepungan tersebut akan membuat tentara Sitambago tidak dapat bergerak dengan leluasa.

Maka tibalah hari H pertempuran, kerajaan Sitambago telah dikepung, tentara dan penduduk kerajaan Sitambago jadi panik, ruang gerak semakin sempit. Melihat kepanikan tersebut, agar tidak terjadi pertumpahan darah dan korban yang banyak, Panglima Paligan Alam menyerukan supaya Raja Sitambago beserta tentara dan rakyatnya menyerah, namun seruan niat baik Panglima Paligan Alam itu tidak digubris sedikitpun oleh Raja Sitambago, malahan Raja Sitambago siap untuk berperang, terbukti dihimpunnya balatentara dengan jumlah yang besar dan dikibarkannya bendera perang, pasukan langsung dipimpin oleh Raja Sitambago dengan gagah berani dan terjadilah pertempuran yang sengit.

Secara perdana, untuk jolong-jolong kalinya tentara Silungkang / Padang Sibusuk mempergunakan senjata api SETENGGA, suara letusan senjata SETENGGA menggelegar dan balatentara beserta penduduk kerajaan Sitambago baru kali ini mendengar letusan yang dahsyat serta membuat ciut hati mereka. Banyak tentara dan penduduk kerajaan Sitambago yang tewas akibat peluru SETENGGA, termasuk Raja Sitambago tersungkur bersimbah darah terkena tembakan senjata SETENGGA yang kemudian senjata tersebut dinamakan oleh mereka senjata HANTU TOPAN. Tentara dan penduduk kerajaan Sitambago mundur dan lari kocar-kacir meninggalkan wilayahnya, pusat kerajaan dan kemudian dikuasai oleh balatentara Panglima Paligan Alam.

Setelah perang usai, balatentara Silungkang / Padang Sibusuk dan Kubang yang dipimpin oleh Panglima Paligan Alam kembali ke nagari masing-masing, sedangkan wilayah pusat kerajaan Sitambago (kota Sawahlunto sekarang) terbiar begitu saja. lahan yang terbiar dan terlantar itu dimanfaatkan oleh anak nagari Lunto untuk bercocok tanam, dibuatlah persawahan, sehingga wilayah tersebut menjadi SAWAH yang digarap oleh orang Lunto. Sementara kepemilikan dan hak tanah tetap berada pada anak nagari Silungkang / Padang Sibusuk dan anak nagari Kubang yang telah memenangi peperangan dengan kerajaan Sitambago.

Disisi lain kaum keturunan Sitambago masih ada sampai sekarang disekitar daerah Pamuatan dan Santur.

Kisah ini disajikan oleh Djasril Abdullah untuk kedua kalinya yang sebelumnya dimuat pada Buletin Silungkang-Koba Anak Nagori edisi Desember 2002 / Januari 2003, halaman 54 yang disalin dan divariasi dari arsip Kantor Wali Nagari Silungkang dan kisah ini diriwayatkan oleh Datuak Podo Khatib kampuang Dalimo Kosiak-Penghulu Kepala Nagari Silungkang. Panggilan akrab beliau ONGKU PALO PENSIUN seiring dengan masa pensiun yang beliau jalani sejak tahun 1914 sebagai Penghulu Kepala. Beliau menyampaikan kisah ini secara lisan kepada dua orang tokoh Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia yang kini sudah almarhum yaitu SULAIMAN LOBAI dan M. SALEH BAGINDO RATU. Selanjutnya kisah ini ditulis untuk pertama kalinya oleh M. SALEH BAGINDO RATU.

Sumber : Suara Silungkang – Edisi Kesembilan Maret 2008

BAGIAN PERTAMA

BAGIAN KEDUA

BAGIAN KETIGA

BAGIAN KEEMPAT

BAGIAN KELIMA

BAGIAN KEENAM

BAGIAN KETUJUH

BAGIAN KEDELAPAN

Kisah Nyata Pengrajin Tenun Silungkang Bekerja Di Istana Lama Muzium Diraja Negeri Sembilan DK, Malaysia

BAGIAN KESEMBILAN

Tulisan ini punya tiga bahasa yang bercampur aduk yaitu bahasa Indonesia, Silungkang dan Malaysia.

Kedatangan empat orang pengrajin songket Silungkang di Seri Menanti membuat kegembiraan tersendiri bagi kami. Betapa tidak, kami merasa mempunyai anak empat orang lagi yang sudah remaja. Kami menyayangi mereka sebagaimana menyayangi anak sendiri. Kami beranggapan – anggapan kami ini entah betul entah tidak – yaitu berkemungkinan orang tua mereka bisa merelakan melepas mereka merantau ke Malaysia dikarenakan kami ada sebagai pengganti orang tua di Malaysia. Maklumlah tidak mudah bagi orang tua melepas anak gadisnya merantau jauh ke negara lain. Kami menerima mereka dan merasa mereka adalah bagian dari keluarga kami, juga kami mempersiapkan diri untuk waspada dan berkewajiban akan keselamatan mereka sebagaimana juga terhadap anak-anak kami. Mereka disediakan sebuah rumah disebelah rumah kami. Pada suatu malam, setelah shalat Isya mereka berkumpul di rumah kami dan saya mengambil kesempatan untuk menasehati mereka karena disadari mereka masih muda dan belum berpengalaman lagi cara “dimano bumi dipijak, disitu langik dijujuang”, lagi pula mereka kelihatannya dalam masa puber, dunia ini terasa mereka yang punya.

(lebih…)

Silungkang, SS.

Ternyata, orang Silungkang yang selama ini dikenal sebagai pedagang, dan jarang yang menjadi pegawai pemerintahan serta jadi pejabat negara di rantau orang sangat sedikit sekali, bahkan boleh dikatakan tidak terdengar sama sekali.

Tapi tahun 2008 ini, Silungkang kembali mengukir sejarah, salah seorang perantau Silungkang yang sudah lama menetap di negeri Jiran Malaysia yaitu Datuk Amirsham A. Aziz, FIBM, dalam kabinet baru Malaysia diangkat sebagai Menteri Perancangan Ekonomi pada jabatan Perdana Menteri. Beliau sudah lama menetap di Malaysia sejak dari orang tuanya. Latar belakang beliau adalah seorang Bankir pada sebuah Bank di sana.

Hal ini sangat membanggakan sekali nagari Silungkang, sehingga akan dapat menjadi motivasi bagi para generasi muda Silungkang lainnya untuk bisa lebih maju lagi. Mari kita do’akan semoga beliau dapat mengemban tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Biodata :
Kampung : Melawas Silungkang
Suku : Payabadar
Orang Tua Laki-laki : A. Aziz Podo / Patopang
Orang Tua Perempuan : Marsinah Djamil / Melawas

Sumber : Tabloid Suara Silungkang, Edisi Kesepuluh April 2008

Pendidikan Al Qur’an di Kecamatan Silungkang terdapat 25 TPA dan 3 TPSA

  1. TPA Nurul Huda terletak di Puskesmas desa Silungkang Oso, muridnya 75 orang, gurunya 2 orang.
  2. TPA Nurul Ikhlas di Sungai Cocang desa Silungkang Oso, muridnya 30 orang, guru 1 orang
  3. TPA Taqwa di Lubuk Kubang desa Silungkang Oso, muridnya 26 orang, gurunya 1 orang.
  4. TPA Surau Manggis di Sawah Juai desa Silungkang Oso, muridnya 80 orang, guru 1 orang.
  5. TPA Baiturrohim di Tanah Sirah desa Silungkang Duo, muridnya 75 orang, guru 3 orang.
  6. TPA Talang Tulus terletak di Bukit Kecil desa Silungkang Duo, muridnya 30 orang, guru 1 orang.
  7. TPA Al-Islah di Kutianyir desa Silungkang Tigo, murid 35 orang, guru 3 orang.
  8. TPA Nailus Sa’adah di Sungkiang desa Silungkang, murid 20 orang, guru 1 orang.
  9. TPA Babussalam terletak di desa Silungkang Tigo, murid 35 orang, guru 3 orang.
  10. TPA Muhammadiyah di Surau Godang desa Silungkang Tigo, murid 160 orang, guru 2 orang (sama dengan murid SDM).
  11. TPA Madrasah Al Quraniyah di Surau Palo, desa Silungkang Tigo, murid 112 orang, guru 5 orang.
  12. TPA Al Maghfiroh di Batu Bagantuang, desa Silungkang Tigo, murid 25 orang, guru 1 orang.
  13. TPA Nurul Hikmah di Batu Mananggau, desa Silungkang Tigo, murid 30 orang, guru 1 orang.
  14. TPA Thoharroh di Gapersil, desa Silungkang Tigo, murid 35 orang, guru 1 orang.
  15. TPA Mujahiddin di Sawah Taratak, desa Muaro Kalaban, murid 90 orang, guru 4 orang.
  16. TPA Al-Falah desa Muaro Kalaban, murid 110 orang, guru 4 orang.
  17. TPA Babussalam, dekat kantor KUA Muaro Kalaban, murid 20 orang, guru 1 orang.
  18. TPA Al-Hidayah, dekat kantor Koramil, desa Muaro Kalaban, muridnya 45 orang, guru 2 orang.
  19. TPA Al-Mukminin, di Air Dingin, desa Muaro Kalaban, murid 30 orang, guru 1 orang.
  20. TPA Al-Mukhlisin, di Simpang Taratak Bancah, muridnya 30 orang, guru 1 orang.
  21. TPA Nurul Hikmah, di Sungai Laban, desa Muaro Kalaban, murid 75 orang, guru 4 orang.
  22. TPA An-Nur, di Batu Pipik, desa Muaro Kalaban, muridnya 30 orang, guru 1 orang.
  23. TPA Arrahman, di Simpang Kubang, desa Muaro Kalaban, murid 35 orang, guru 2 orang.
  24. TPA Al-Hidayah, di Mesjid Taratak Bancah, muridnya 54 orang, guru 2 orang.
  25. TPA Taqwa, di desa Taratak Bancah, muridnya 24 orang, guru 1 orang.
  26. TPSA Madrasah Al Quraniyah terletak di Surau Palo desa Silungkang Tigo, murid 26 orang, guru 1 orang.
  27. TPSA Al-Falah, terletak di Masjid Al-Falah Muaro Kalaban, murid 45 orang, guru 1 orang.
  28. TPSA Masjid Raya terletak di Raya Silungkang Tigo, murid 85 orang, guru 1 orang.

Rekapitulasi :

  1. 4 buah TK di Kec. Silungkang, muridnya 98 orang, gurunya 10 orang.
  2. 13 buah SD di Kec. Silungkang, muridnya 1.390 orang, gurunya 82 orang.
  3. 28 buah TPA/TPSA di Kec. Silungkang, muridnya 1.342 orang, gurunya 51 orang.

YAYASAN / ORGANISASI SETINGKAT YAYASAN YANG BERBADAN HUKUM PENYELENGGARA PENDIDIKAN DI KECAMATAN SILUNGKANG

  1. Yayasan Sekolah Dagang Islam, menyelenggarakan SLTP dan SMU/SDI.
  2. Yayasan Pendidikan Muaro Kalaban, menyelenggarakan SMU Swasta Muaro Kalaban.
  3. Pimpinan Muhammadiyah Cabang Silungkang, menyelenggarakan SD, TPA dan SLTP.
  4. Pimpinan Aisyiyah Cabang Silungkang, menyelenggarakan TK Aisyiyah.
  5. Yayasan Pendidikan Silungkang Badan Penyandang Dana TPA, SD dan SLTP Muhammadiyah.
  6. Yayasan Nurul Huda, menyelenggarakan TK dan TPA Nurul Huda.
  7. Yayasan Al-Islah, menyelenggarakan TK dan TPA Al-Islah.
  8. Yayasan Babussalam penyelenggara TPSA Masjid Raya Silungkang.

Tamat

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

  1. SLTP Negeri 06 terletak di desa Muaro Kalaban
  2. SLTP SDI terletak di Silungkang Tigo
  3. SLTP Muhammadiyah terletak di Silungkang Tigo

Disamping itu ada 5 SLTP terbuka, dimasing-masing desa

Sekolah Menengah Umum

  1. SMU / SDI di desa Silungkang Tigo
  2. SMU Swasta Muaro Kalaban yang direncanakan tahun 1999 akan menjadi SMU Negeri

Bersambung ….

Oleh H. Abu Nawar (Dalimo Jao)

Perantau Silungkang pertama kali menginjak bumi Surabaya tahun 1930 dipelopori oleh Bapak P. Basir (Tanah Sirah) membuka toko tekstil di Tunjungan. Disusul perantau Silungkang lainnya yaitu Bp. Tayeb Saleh (Panay) dan Bp. M. Usman (Sawah Juai), keduanya di Wonokromo. Bp. M. Saini (Talak Buai) di Keputran, Bp. M. Noor (Guguek) di Blauran, H. Hasan Basri (Dalimo Tapanggang) di Praban, Bp. Salim Djalil (Dalimo Tapanggang) di Slompretan, dan sebagainya. Mereka semua membuka toko tekstil. Para perantau bertujuan datang ke Surabaya untuk mencari nafkah, dipilihnya kota Surabaya karena saat itu Surabaya sebagai kota transit perdagangan/pusat perdagangan.

Sebelum pendudukan tentara Jepang (1942), perantau masih merasa aman dibawah pemerintaha Belanda. Saat itu tidak ada pembebanan listrik, air, kebersihan, pajak dan keamanan terhadap warga negara Indonesia, semua ditanggung pemerintah Belanda. Namun deskriminasi dan tidak adanya persamaan hak antara orang Belanda dengan orang Pribumi itulah yang membuat bangsa Indonesia merasa terinjak-injak hak asasi manusianya, mereka berjuang untuk merebut kembali tanah air Indonesia tercinta, MERDEKA ATAOE MATI.

Masuknya tentara Jepang ke Indonesia khususnya ke Surabaya membuat para perantau Silungkang banyak yang mengungsi, namun hanya dalam waktu singkat mereka kembali lagi. Bapak Abu Nawar mengisahkan bahwa beliau mengungsi ke daerah Tretes, bertempat tinggal di kediamanan Organisasi Silungkang. Pengungsi hanya berbekal baju seadanya sedangkan harta benda yang lain (rumah dan toko) ditinggalkan begitu saja. Beliau mengungsi tidak kurang dari 1 bulan, selanjutnya kembali ke Surabaya dan membuka toko baru, karena toko semula sudah diambil oleh orang WNA (Cina).

Semenjak perjuangan, Bp. Abu Nawar ikut berjuang baik perjuangan di Jembatan Merah, Don Boscho, Hotel Yamatho, Rungkut, Panjang Jiwo dan sebagainya. Perantau Silungkang, Bpk. Basir (Malowe) gugur sebagai pejuang saat Agresi Militer I.

Kedatangan sekutu pasca kemerdekaan (1945), membuat para perantau banyak yang mengungsi kembali. Bpk. Abu Nawar mengungsi ke Blitar sampai tahun1948, diteruskan perjalannya ke Silungkang, beliau berdagang ke Jambi. Yang menarik disini, beliau ke Jambi, menumpang di M. Yunus di kebun kelapa Jambi karena uang ORI tidak berlaku saat Belanda masuk. Pak Abu hanya makan daun singkong disekitar kediaman. Liku-liku beliau untuk berusaha kembali ke Surabaya merupakan hal yang tidak masuk akal. Dimulai dari permohonan ke Camat (Raden Syahrudin) untuk meminta ijin kembali ke Surabaya, yang tidak dikabulkan, dilanjutkan ke Residen Jambi dan kepolisian Jambi tetap baru dapat ijin. Tiba suatu saat, truk berpenumpang tentara Belanda menuju ke Pelabuhan Pal Merah, beliau “menggandol” truk tersebut dengan dua orang awak sampai ketujuan. Tentara Belanda dalam truk tersebut plus tiga orang awak menumpangi pesawat menuju Palembang. Akhirnya dari Palembang setelah menghubungi Surabaya, beliau diperbolehkan kembali ke Surabaya dengan kapal laut.

Di Surabaya, beliau menetap di rumah M. Usman (Sawah Juai) di toko Indonesia kapasan. Dan mulailah kembali usaha toko beliau (tahun 1950).

Demikianlah sekelumit kisah sejarah yang dialami Bapak Abu Nawar dan para perantau Silungkang yang ada di Surabaya. Semoga dapat dijadikan pelajaran berharga bagi para pembaca. (HAR).

Laman Berikutnya »